Wilayah pesisir dan lautan mempunyai peranan yang sangat penting bagi
kehidupan dan penghidupan bangsa Indonesia. Kedua wilayah tersebut merupakan
lahan kedua yang merupakan tumpuan harapan bagi pembangunan Indonesia di masa
mendatang. 63 % wilayah teritorial Indonesia yang merupakan pesisir dan lautan
, memiliki sumber daya alam dan jasa-jasa lingkungan yang kaya dan beragam,
antara lain hutan mangrove, terumbu karang, perikanan, bahan tambang ,jasa
perhubungan dan pariwisata.
Beberapa
jenis tanaman mangrove yang umum dijumpai di wilayah pesisir Indonesia adalah
jenis bakau (Rhizophora/red mangrove), api-api (Avicennia/black
mangrove), Pedada (Sonneratia), Tanjang (Bruguiera), Nyirih (Xylocarpus),
Tengar (Ceriops) dan buta-buta (Excoecaria). Ekosistem mangrove
secara garis besar mempunyai dua fungsi utama yaitu fungsi ekologis dan fungsi
ekonomis. Menurut Snedaker et al., dilihat dari segi ekosistem perairan, hutan
mangrove mempunyai arti penting karena mempunyai fungsi ekologis. Fungsi ekologis
ekosistem mangrove dapat dilihat dari beberapa aspek antara lain aspek fisika,
kimia dan biologi. Masih menurut
Snedaker et al., selain fungsi diatas, ekosistem mangrove juga memiliki
fungsi-fungsi fisik yaitu, (1) mencegah terjadinya intrusi air laut kedaratan,
(2) sebagai pantai dari abrasi.
Manfaat yang dapat dirasakan langsung diantaranya berupa kayu
pohon mangrove, yang dapat digunakan sebagai bahan bangunan, kayu bakar, bahan
untuk membuat arang, pulp, tunnin (zat penyamak), chipwood, dan sebagai obat tradisionil. Di pandang dari segi ekologi
(lingkungan) hutan mangrove merupakan tempat berlindung dan tempat mencari
makan bagi kehidupan fauna (ikan, crustacea), serta pengeksport bahan organik
yang berguna untuk menunjang kelestarian biota akuatik (Heald & Odum, 1972
; Macnae 1974 ; Barnes 1974).
Di
beberapa negara pemanfaatan hutan mangrove tidak hanya pada pemanfaatan
langsung seperti kayu bakar, konstruksi, makanan ternak sebagaimana yang telah
dikemukakan Snedaker,
akan tetapi telah dimanfaatkan untuk penumbuh kembangan budidaya lebah madu
(Krisnamukty dan Siddiqi). Madura merupakan salah satu wilayah dimana banyak terdapat
hutan mangrove yang tersebar di sepanjang pantai Madura maupun wilayah
kepulauannya (BAKORSUNTANAL, 2003). Tingginya potensi hutan mangrove di Madura
seharusnya memberikan dampak ekonomi yang signifikan bagi masyarakat setempat
(masyarakat pesisir) melalui pendayagunaan potensi hutan mangrove untuk
budidaya lebah madu sebagaimana yang telah di lakukan di beberapa negara
seperti India dan Pakistan.
Areal hutan mangrove di wilayah Jawa Timur cukup luas, yaitu
sekitar 19.916,13 hektar. Luas hutan mangrove di KPH, Pulau Madura dan
Probolinggo meliputi 16.052,43 hektar atau sekitar 80,60 % dari luas hutan
mangrove di Jawa Timur (Djojomihardjo, 1982). Kabupaten Bangkalan merupakan
salah satu wilayah Madura, yang juga mempunyai kontribusi dalam menyumbangkan
area mangrove di Madura. Beberapa wilayah potensial huran mangrove antara lain
terletak dalam 5 titik lokasi yaitu kecamatan Kawnyar, Kamal, Socah, Bangkalan
dan Arosbaya. Dalam penelitian ini dipilih 3 lokasi yaitu kecamatan Kamal,
Socah dan Arosbaya, hal ini dengan pertimbangan pada kedekatan lokasi dengan
institusi, kemudahan pengendalian, ketersediaan hutan mangrove dan tanaman
rakyat pendukung lainnya seperti perkebunan mangga, kelapa, kapok randu dan
siwalan.
Di beberapa lokasi, seperti wilayah pesisir kabuparen Gresik,
keberadaan tanaman bakau dan tanaman lain di sekitar pantai menjadi tempat
munculnya koloni lebah alamiah (apis cerana) di sekitar lokasi. Hal ini
menunjukkan adanya potensi untuk budidaya lebah pada area pesisir dengan
ketersediaan area hutan bakau di wilayah tersebut. Akan tetapi hingga saat ini
masih sedikit penelitian lokal yang menelaah potensi ekonomi mangrove untuk
budidaya lebah madu. Sehingga potensi mangrove yang begitu menjanjikan seperti
yang telah dilakukan India masih belum dioptimalkan. Mangrove identik dengan
masyarakat daerah pesisir, yang saat ini merupakan masyarakat yang masih
tergolong belum sejahtera secara ekonomi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar