Sabtu, 03 November 2012

kebun kita penuh dengan makanan lebah

Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan berbagai flora yang tumbuh dan berbunga sepanjang tahun. Wilayah hutan khususnya di Jawa banyak ditanami tanaman budidaya industri seperti karet, jati, pinus, trembesi, dan lain sebagainya. Sedangkan di area perkebunan rakyat sering kali tampak pohon jati, mahoni, trembesi, dan sekarang sedang marak sengon. Beberapa jenis palem juga banyak dibudidayakan seperti kelapa, Palem hias, siwalan, aren tau enau. Berbagai pohon tersebut merupakan penghasil bunga yang juga menyediakan nektar untuk makanan lebah.
Ruang terbuka hijau merupakan kebijakan pembangunan di setiap daerah pemerintahan juga merupakan sumber penyedia nektar. Di daerah rural, ruang terbuka hijau di tunjukkan dengan adanya kawasan hutan, perkebunan dan pertanian, sedang di daerah perkotaan ditunjukkan dengan taman kota dan taman rumah yang mensyaratkan 30 % untuk tanaman hijau di setiap desain rumah. Tanaman yang tumbuh dari berbagai jenis mempunyai periode bunga yang berbeda-beda sehingga memungkinkan tersedianya nektar sepanjang tahun.
Fakta yang ada, ketersediaan sumber nektar dan serbuksari (pollen) yang merupakan sumber utama makanan lebah belum dimanfaatkan secara optimal di Indonesia. Di beberapa negara maju seperti di Eropa dan Amerika, lahan pekarangan sudah menjadi salah satu sumber penghasil madu dengan beberapa koloni lebah yang mereka budidayakan. Banyak sekali tanaman bunga jenis perdu dan rumput-rumputan yang juga menyediakan nektar dan pollen untuk lebah. Pengaturan dan rancangan taman rumah untuk lebah belum banyak di upayakan. Padahal dari sisi ekonomi, adanya koloni lebah di pekarangan rumah kita mempunyai manfaat yang luar biasa.
Madu, sebagai salah satu hasil utama lebah madu merupakan makanan suplemen yang sangat bermanfaat bagi kesehatan, dan bagi anak dalam pertumbuhan sangat bermanfaat untuk peningkatan kecerdasan. Sebagai ilustrasi, pada kondisi ketersediaan nektar dan pollen yang cukup, satu koloni lebah madu jenis apis melifera (lebah madu impor) mampu menghasilkan 20-45 kg madu per tahun, atau rata-rata 2-4 kg madu per bulan. 1 kg madu kira-kira setara dengan 700 ml madu dengan harga sekitar Rp 50.000. Mahalnya madu di pasaran mengakibatkan banyak masyarakat yang tidak mampu memberikan suplemen penting untuk mereka dan anak-anak untuk menunjang generasi yang lebih sehat dan cerdas. 
Sedangkan untuk jenis trigona, madu yang dihasilkan sekitar 1-4 kg per tahun tergantung jenis trigona yang dibudidayakan. Trigona sp merupakan lebah yang berukuran lebih kecil, sehingga kebutuhan nektar dan juga pollen juga relatif sedikit. Kondisi ini menyebabkan daya hidup trigona lebih tinggi untuk daerah-daerah yang terbatas sumber nektar dan pollen. meskipun jumlah madu yang dihasilkan relatif kecil, akan tetapi jumlah propolis yang dihasilkan sangatlah tinggi dibandingkan dengan lebah jenis apis. propolis bisa diolah atau dijual dalam bentuk propolis mentah yang berkisar Rp60.000/kg, artinya rendahnya produksi madu dikompensasikan dengan tingginya proopolis yang dihasilkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar