Sabtu, 23 Maret 2013

6000 lbs makanan dari 410 m2

Sungguh tak terpikirkan sebelumnya, dengan luasan halaman terbatas sekitar 1/10 acre (=4046 m2) atau sekitar 400 m2 mampu menghasilan 6000 lbs (=0.45 kg) atau setara dengan 2700 kg makanan per tahun. Jumlah ini cukup untuk makan harian untuk 4 jiwa org dewasa (keluarga dengan 2 anak). Hampir semua lahan kosong tertutup oleh tanaman yang bisa menghasilkan buah, sayur, umbi, ayam untuk telur, kambing, lebah untuk madu.Praktis kita hanya membutuhkan beras dan garam untuk memberikan efek kenyang, meskipun sebetulnya bisa digantikan dengan bahan lain. sementara pola hidup berganti dengan lebih banyak mengkonsumi sayur dan buah, sesekali protein dari hewan (telur, daging ayam, daging kambing). artinya, dengan keterbatasan lahan pun sebenarnya kita masih bisa hidup layak, berpola hidup lebih sehat kembali ke alam.
Nah, bagaimana dengan lahan di sekitar rumah kita. Seringkali kita punya lebih dari 500 m2, tapi kita masih tampak kekurangan karena harus membeli kebutuhan rumah tangga setiap hari. Masih membeli sayur untuk di masak, membeli buah  dan seterusnya. Kita cenderung menjadi orang pemalas, duduk manis, tidur siang, ngobrol sana-sini setelah bekerja. sementara lahan luas dibiarkan ditumbuhi tanaman liar yang tak terpelihara (alang-alang, rumput, perdu lainnya, buah yang tak dikendalikan).
Dengan sentuhan sedikit pengetahuan dan intervensi lahan, luasan 1 acre (=4046 m2) bisa digunakan untuk memlihara 10 ekor sapi, atau setara dengan 50 ekor kambing, dikombinasi dengan tanaman buah seperti mangga, klengkeng, durian dll.
potensi penghasilan untuk 1 acre = 50 ekor kambing penggemukan selama 4 bulan, dengan keuntungan sekitar 300.000 per ekor, atau setara dengan 15 juta per 4 bulan, atau 45 juta per tahun.
sistem tumpang sari memungkinkan, sehingga tidak hanya kambing yang dihasilkan, akan tetapi bisa bersama-sama dengan klengkeng atau buah yang lain.

Sabtu, 19 Januari 2013

TEKNIK MENANGKAP LEBAH CERANA

Beberapa waktu lalu, kami beberapa kali menangkap lebah cerana liar. Pertama kali, mencoba untuk mengotakkan lebah liar yang bersarang di teras rumah tetangga. Saat itu eksekutornya adik saya, dengan alat karung plastik, sarang dan lebahnya di tutup dengan karung plastik, dan kemudian di ambil semua lebahnya dan sarangnya dimasukkan karung. Dengan teknik ini, hampir 90 % koloni tertangkap, dengan semua sarangnya dibawa. Kemudian lebah dan sarang di keluarkan dengan cara di muntahkan ke kotak yang telah disiapkan, kemudian di taruk di tempat yang aman.
Hari pertama koloni masih bertahan di kotak baru, akan tetapi hari kedua koloni kabur, tidak lagi berada di kotak, akan tetapi bergerombol di salah satu kayu atap rumah dekat kotak ditaruh. Dari penelusuran masalah, ternyata sarang lebah telah dikerumuni semut, sehingga larva dan lebah muda semua mati oleh semut. Lebah dewasa kabur meninggalkan sarang yang telah dikuasai semut kecil tersebut. (GAGAL). sebenarnya teknik ini bisa tidak gagal,asal dengan perhitungan yang matang. Sebelum kolon diambil, kotak telah disiapkan dengan baik. Sarang dipindahkan satu demi satu, setiap sarang digantungkan pada frame kemudian di taruh di kotak lebah. Cara ini butuh waktu yang lebih panjang. Setelah semua sarang dipindahkan, koloni dipindahkan juga sedikit demi sedikit, hingga yang penting ratu lebah ikut masuk ke kotak penangkaran. Setelah selesai, kotak di tempatkan pada lokasi yang aman, terutama dari semut, karena salah satu sumber kegagalan adalah serangan semut merah kecil.
Sekitar 2 minggu lalu, saya berhasil menangkap 2 koloni lebah baru liar. Ini merupakan suatu kebetulan dan keberuntungan, karena saat saya hendak mencari koloni lebah, ada kerumunan lebah (swarm bees) di dahan pohon dibelakang rumah setinggi 2 meter. Menurut teori yang saya baca di internet, dalam satu swarm bees biasanya juga terdapat ratunya di tengah kerumunan tersebut. Saya mencari akal bagaimana memindahkan koloni liar tanpa sarang tersebut ke dalam kotak yang telah disiapkan.
- Cara pertama, dengan memancing lebah untuk masuk kotak jebakan. Kotak saya siapkan, kemudian saya semprotkan air gula di sekitar dinding dalam dan dinding luar kotak, kemudian saya taruk di dekat kerumunan tadi. Beberapa lebah datang dan mulai menghisap air gula yang saya semprotkan, keluar masuk kotak, dan makin banyak. Saya mengira cara ini akan berhasil, ternyata lebah hanya datang dan pergi setelah menghisap air gula.
- Cara kedua, kami memutar akal untuk secepatnya dapat memindahkan koloni. Kali ini dengan cara semi terbuka. Di beberapa negara, sarang lebah bisa menggunakan anyaman bambu, kemudian di tutup dengan jerami, ada yang lumpur dan sebagainya. dengan analogi itu, saya mencari bakul nasi dari bambu yang sudah tidak terpakai (usang). saya gantung dengan posisi terbalik, kemudian saya semprot dengan air gula. Koloni sedikit demi sedikit saya pindahkan dengan bambu, caranya bambu yang ujungnya terbuka dipakai untuk menyerok lebah, saat bambu di masukkan kerumunan perlahan, lebah akan masuk ke lobang bambu, dan sebagian masih tetap di luar, berada di sekitar bibir lobang. Kemudian bertahap di pindahkan ke bakul bambu yang telah disiapkan. Nah ternyata dengan cara ini, cukup dengan 20 menit semua koloni dengan jumlah sekitar 3000 lebah telah bisa dipindahkan dengan baik. Kemudian koloni baru ini biarkan berada pada bakul, sambil menyiapkan kotak permanen yang lebih bagus untuk memindahkan koloni tersebut. 3hari kemudian, koloni yang berada dalam bakul bambu bekas saya pindahkan ke kotak permanen.
Teknik ini saya pakai lagi untuk menangkap koloni kedua, 5 hari berselang setelah menangkap koloni pertama.
Yang saya kemukakan ini adalah teknik bagi pemula, karena bila anda lihat di Youtube, di jepang pemindahan koloni dengan menggunakan tangan terbuka tanpa alat, demikian pula di Bangalor. Nah bagi yang baru memulai belajar untuk menangkar, teknik ini bisa di gunakan, bila perlu di modifikasikan untuk lebih baiknya.
Kotak lebah yang saya disain dengan model afrika (top bar hive) dengan 14 tob bar. Ukuran lebar top bar 2.8 cm, sehingga dengan 10-13 unit top bar, sehingga panjang box sekitar 39 cm. Panjang dalam dari top bar 18 cm, dengan tebal kayu 2 cm, sehingga total panjang top bar 22 cm. tinggi 19.5 cm, sehingga dimensi stup (hive) panjang x lebar x tinggi; 40 cm x 22 cm x 19.5 cm. Bahan dari kayu pinus, satu lembar ukuran panjang 2 m, lebar 19.5 cm dan tebal 2 cm harga Rp22.000. Jadi total biaya satu stup sekitar Rp25.000.
Disain stup (hive) kotak lebah sebenarnya ada beberapa pilihan : model Eropa, Afrika, dan Jepang, serta beberapa jenis stup tradisional yang telah dikembangkan di beberapa daerah. Saat ini saya mencobakan model afrika, kedepan saya akan mencoba 2 model stup yang lain (eropa dan jepang) untuk bisa dibandingkan kemudahan, kelebihan dan kekurangannya, sehingga bisa menjadi justifikasi pemilihan model stup yang paling baik untuk cerana yang saya punya.
Berdasarkan pemaparan dari ahli lebah cerana asal Jepang (sumber internet), produktivitas cerana 1/4 dari melifera, jadi kalo hendak menyamakan tingkat produksinya dengan melifera, cukup dengan menambah koloni 4 kalinya. Perbedaan produktivitas ini lebih di karenakan cakupan radius mencari makan cerana sekitar 2 km dibanding melifera 4 km. Apis cerana lebih tahan terhadap hama penyakit dibanding dengan melifera.
Nah dengan beberapa pendapat para ahli lebah diatas, saya kira lebah lokal (cerana) patut dipertimbangkan untuk dibudidayakan, dengan biaya investasi yang jauh lebih rendah dibanding dengan melifera. Sebagai ilustrasi, 2 koloni lebah cerana yang saya punya, cukup dengan kocek Rp100.000.