Jumat, 30 November 2012

GAMAL (Gliricidia sepium)



Dalam posting kali ini, saya mencoba menampilkan pohon gama, yang menurut beberapa literature sangat menarik karena bebarapa hal : kemudahan ditanam, adaptif diberbagai daerah, bunga yang indah dan eksotik serta kemanfaatannya sebagai hijauan pakan ternak, pestisida alami, tanaman pagar dan penahan erosi. Kami mengambil langsung dari beberapa posting di situs yg lain, dan kami rangkai menjadi bagian penjelasan serta gambar dari beberapa situs di internet. Nah berikut ini hasilnya .
Gamal dalam taksonomi tumbuhan termasuk famili Fabaceae (Papilionoideae) yaitu salah satu jenis tanaman yang mudah ditanam dan tidak memerlukan sifat tanah khusus. (Manglayang Farm Online, 6 Maret 2006).  Gamal adalah tanaman asli di kawasan Pantai Pasifik Amerika Tengah yang bermusim kering. Gamal diperkirakan masuk ke Indonesia sekitar tahun 1900 untuk digunakan sebagai tanaman pelindung pada areal perkebunan di daerah Medan (Harian Umum Suara Karya, 19 Mei 1992 dalam Manglayang Farm Online, 6 Maret 2006). Ciri umum Gamal adalah daun menyirip, dengan bentuk daun oval runcing yang agak lebar, dan bunganya cukup indah berwarna ungu keputihan. Tanaman Gamal tumbuh baik pada daerah dengan ketinggian 0-1300 meter dari permukaan laut dan dapat tumbuh mencapai ketinggian 10 meter (Lembar Informasi Pertanian (LIPTAN) BIP Irian Jaya No. 110/92, 1992).
Gliricidia merupakan jenis multiguna. Pada daerah tropika, digunakan sebagai pagar hidup. Kemampuannya bertunas setelah dipangkas cocok untuk pakan ternak, kayu bakar dan tiang. Pada kondisi di bawah optimal, produksi biomas mencapai 12 ton berat kering per hektar per tahun. Merupakan jenis pengikat nitrogen,  daunnya dapat digunakan sebagai mulsa dan pupuk hijau sehingga cocok untuk agroforestry. Nama “ibu kokoa” muncul karena sering digunakan sebagai peneduh coklat, kopi dan teh. Kayunya keras dan awet, berat jenis 0,5-0,8g/cm3. Nilai kalorinya 4.900 kkal/kg. (Hanum dan van der Maesen, 1997).

Batang tanaman gamal adalah tunggal atau bercabang, jarang yang menyemak, tinggi 2-15 m. Batang tegak, diameter pangkal batang 5-30 cm, dengan atau tanpa cabang di dekat pangkal tersebut. Kulit batang coklat keabu-abuan dengan alur-alur kecil pada batang yang telah tua. Daun majemuk menyirip, panjang 19-30 cm, terdiri 7-17 helai daun. Helai daun berhadapan, panjang 4-8 cm dengan ujung runcing, jarang yang bulat. Ukuran daun semakin kecil menuju ujung daun. Bunga merah muda cerah sampai kemerahan, jarang yang putih, panjang 2,5-15 cm, susunan bunga tegak (Amara dan Kamara, 1998)

Gamal dapat dimanfaatkan antara lain sebagai pakan ternak yang banyak disukai oleh ternak ruminansia kecil seperti kambing dan domba (Lembar Informasi Pertanian (LIPTAN) BIP Irian Jaya No. 110/92, 1992). Gamal mempunyai nilai gizi yang tinggi, pencegah erosi, dan penyubur tanah. Kayunya dapat digunakan sebagai kayu bakar, arang atau sebagai bahan bangunan dan alat pertanian. Tanaman ini juga digunakan dalam berbagai sistem pertanaman, yaitu sebagai pohon pelindung dalam penanaman teh, cokelat, atau kopi. Selain itu juga berfungsi sebagai penyangga hidup untuk tanaman vanili, lada hitam, dan ubi jalar. Manfaat lain yang lebih umum yaitu digunakan sebagai pagar hidup, tanaman pelindung, tanaman pupuk hijau pada pola tanam tumpang sari, sebagai penahan tanah pada pola tanam lorong dan terasering. Selain itu, tanaman ini juga ternyata dapat digunakan untuk mereklamasi tanah atau lahan yang gundul atau tanah yang rapat ditumbuhi oleh alang alang (Imperata cylindrica) (Manglayang Farm Online, 6 Maret 2006). Salah satu sebab mengapa Gamal cepat populer adalah resistensinya terhadap hama kutu loncat (Heteropsylla cubana) yang telah meluluhlantakan Lamtoro di berbagai belahan dunia tropis (FAO, 1998).

Meskipun Gamal dapat diperbanyak dengan biji, tapi lebih sering menggunakan setek batang dalam usaha mengembangbiakan Gamal. Alasan pertama adalah, sulitnya mencari dan mengumpulkan biji Gamal.Di berbagai tempat yang kami temui, jarang pohon Gamal yang dapat tumbuh sampai besar, berbunga dan berbiji. Hal ini disebabkan Gamal sudah secara berkala di panen daun dan batangnya, jarang yang dapat tumbuh sampai berbunga dan berpolong. Alasan lain, perbanyakan dengan setek batang lebih mudah dan lebih cepat daripada melalui biji. Tanaman yang diperbanyak dengan setek sudah dapat dipanen perdana pada usia di bawah 1 tahun. Biasanya 8-10 bulan. Sedangkan pada tanaman biji, hasil biomasa baru dapat diperoleh pada usia sekira 2 tahun. Penanaman setek lebih baik berasal dari batang bawah tanaman yang cukup usia (diatas 2 tahun), diameter batang cukup besar (diatas 4cm) dengan panjang setek bervariasi mulai dari 40cm sampai 1.5m. Jarak tanam juga bervariasi, antara 40 -50cm sampai dengan 1.5 – 5m tergantung kebutuhan. Meskipun kadang-kadang menggugurkan daunnya pada musim kering dan kondisi udara dingin, Gamal dapat dikategorikan sebagai pohon yang selalu hijau (evergreen). Dapat dipanen setiap 3 – 4 bulan sekali, dengan hasil antara 1 – 2 kg hijauan basah per tanaman. G. sepium merupakan tanaman yang cocok untuk tanah asam dan marginal seperti diutarakan oleh Szott et al. (1991). Lebih lanjut, Whiteman et al. (1986) menilai Gamal beradaptasi dengan baik pada tanah dengan kandungan kalsium rendah seperti di Australia. Sayangnya, pada tanah yang mengandung saturasi Alumunium cukup tinggi seperti beberapa daerah di Indonesia, Gamal tumbuh kurang baik dan memiliki tingkat tahan hidup yang rendah (Direktorat Jenderal Peternakan,1999).

Benih kuning ke coklat warna dengan 4.500 untuk 11.000 / kg. Di bawah kondisi penyimpanan optimum-6 sampai 10% kadar air pada 4 °. C-benih tetap layak selama lebih dari 10 tahun Pada kadar air 50% dan 17 ° C benih dapat disimpan selama satu tahun(Allison & Simons 1996).

Biji ditanam tanpa pra-pengobatan secara langsung ke dalam wadah pembibitan. Praktek pembibitan standar manajemen yang direkomendasikan. Bibit siap untuk tanam setelah 2 sampai 3 bulan di pembibitan pada ketinggian 30 cm. Penanaman langsung mungkin dengan 2 sampai 3 biji per posisi tanam pada kedalaman 1 sampai 2 cm. Persiapan lokasi diperlukan untuk mengurangi kompetisi. Penanaman langsung dan operasi transplantasi harus bertepatan dengan musim hujan. Bibit yang peka terhadap persaingan. Pengendalian gulma secara teratur harus dilakukan sampai pohon ditetapkan.(Hensleigh dan Holaway 1988).

Manfaat Gamal
 Gamal dapat dimanfaatkan antara lain sebagai pakan ternak yang banyak disukai oleh ternak ruminansia kecil seperti kambing dan domba (Lembar Informasi Pertanian (LIPTAN) BIP Irian Jaya No. 110/92, 1992). Gamal mempunyai nilai gizi yang tinggi, pencegah erosi, dan penyubur tanah. Kayunya dapat digunakan sebagai kayu bakar, arang atau sebagai bahan bangunan dan alat pertanian. Tanaman ini juga digunakan dalam berbagai sistem pertanaman, yaitu sebagai pohon pelindung dalam penanaman teh, cokelat, atau kopi. Selain itu juga berfungsi sebagai penyangga hidup untuk tanaman vanili, lada hitam, dan ubi jalar. Manfaat lain yang lebih umum yaitu digunakan sebagai pagar hidup, tanaman pupuk hijau pada pola tanam tumpang sari, sebagai penahan tanah pada pola tanam lorong dan terasering. Selain itu, tanaman ini juga ternyata dapat digunakan untuk mereklamasi tanah atau lahan yang gundul atau tanah yang rapat ditumbuhi oleh alang alang (Imperata cylindrica) (Manglayang Farm Online, 6 Maret 2006). Salah satu sebab mengapa Gamal cepat populer adalah resistensinya terhadap hama kutu loncat (Heteropsylla cubana) yang telah meluluhlantakan Lamtoro di berbagai belahan dunia tropis. (FAO, 1998).
 Manfaat lain dari Gamal yaitu biji, pepagan, daun, dan akarnya dapat digunakan sebagai rodentisida dan pestisida setelah terlebih dahulu dilakukan fermentasi. Bunganya digunakan oleh lebah sebagai sumber nutrisi dan zat gula dalam pembuatan madu lebah. Bahkan di beberapa daerah, Gamal ditanam sebagai tumbuhan eksotik dan penghias taman karena memiliki bunga berwarna lembayung yang indah (Manglayang Farm Online, 6 Maret 2006).

Keindahan Bunga Gamal
Gamal mempunyai bunga sangat indah, sehingga sebagian orang menanamnya sebagai tumbuhan yang eksotik.  Bunga gamal sering Nampak di seluruh pohon, meskipun dalam kondisi daun yang sangat sedikit. Hal ini terjadi pada saat musim kemarau yang panjang, daun-daun gamal berguguran, sedangkan bunga akan muncul layaknya bunga sakura di Jepang.Selintas tampilannya mirip pohon bunga sakura dimana bunga-bunga berkelompok-kelompok menghiasi setiap cabang rantingnya yang selalu hampir tanpa daun. Bunga pohon gamal (Gliricidia sepium) yang berwana ungu muda ini memang sungguh memberikan magnet bagi siapapun untuk melemparkan pandangan bahkan mendekat untuk mengagumi keindahannya. Terlebih bila posisinya berjajar sepanjang kanan-kiri jalan. Paduan warna bunganya di biru cerahnya dan kehijauan alam Flores sungguh kontras dan membuat perjalanan keliling Flores terasa begitu istimewa. Bunga-bunga yang indah kemerahan jenis bunga kacang-kacangan dan mereka berada dalam penuh bunga di Hari Valentine. Bunganya sagat baik untuk pakan lebah. 


Keistimewaan pohon gamal dan bunganya inilah yang menjadi pilihan saya untuk membudidayakannya sebagai sumber pakan lebah yang cepat. Saat ini saya telah mempunyai 1 kg biji gamal yag akan saya semai diberbagai lokasi, terutama di lahan menganggur yang ada. Dengan menanam dari biji, maka proyeksi untuk bisa menjadi sumber pakan lebah sekitar 2 tahun ke depan. Akan tetapi, dengan mengupayakan dan memanfaatkan keeksotikan bunga gamal, bisa menjadi tanaman untuk pagar yang menjadi favorit di daerah saya, demikian pula sebagai hijauan pakan ternak untuk mengembangkan lebih lanjut peternakan kambing di lokasi kami.  

Selasa, 27 November 2012

KOLONI KLANCENG (TRIGONA) KEDUA



Bermimpi dengan satu koloni kelihatannya sangatlah berlebihan. Akan tetapi pada kondisi dengan keterbatasan anggaran (untuk membeli koloni) dan kelangkaan koloni, bermimpi dengan 1 koloni sebagai star up harus diupayakan. Keberhasilan membutuhkan ketekunan dan kesabaran. Mimpi harus diraih setahap demi setahap. Kreativitas, kerja keras dan belajar dengan menggali berbagai informasi dari beragam media harus dilakukan. Sejalan dengan itu, sebagaimana telah dijelaskan pada posting sebelumnya “BERMIMPI DENGAN SATU KOLONI”, Kotak yang aku pasang diatas sarang aslinya, sebelumnya, ternyata hanya sebagai tempat lewatnya lalu lalang trigonaku ke sarang yang berisi telur dan ratu. Telah hampir 3 bulan, dan kotak yang aku pasang belum ada hasilnya. Dan intuisiku, bila dengan cara sekarang, 2 tahun pun koloni tidak akan berkembang, karena harapan kotak yang aku tambahkan menjadi sarang untuk telur klanceng sulit diharapkan. Akhirnya, aku coba dengan cara yang lebih frontal, dengan alat seadanya (palu, sabit dan pisau daging) aku mulai melebarkan lobang ke arah sarang. Pekerjaan yang cukup melelahkan, dengan sedikit demi sedikit akhirnya 3 jam lobang sarang terbuka. Sebenarnya pekerjaan ini mengandung ke khawatiran, pasalnya bila fatal akibatnya, trigona pertamaku gagal maka akan kehilangan trigona carbonaria yang menurutku sangat sulit untuk mendapatkannya.
Telur-telur trigonaku tampak terlihat dan tertata rapi berbentuk sipiral. Hewan-hewan kecil berwarna hitam beterbangan, mungkin ribuan lebah yang bersarang disitu sebagian besar beterbangan karena merasa terganggu. Beberapa kali aku menjadi sararan gigitan binatang kecil itu. Saat pertama kali kena gigitan, kaget meskipun tidak sesakit gigitan nyamuk, akhirnya terbiasa dengan gigitan,dan aku biarkan tanganku menjadi sasaran gigitan mereka. Dengan hati-hati aku ambil sebagian telur mereka, dan aku pindahkan ke kotak yang telah disiapkan sebelumnya.
Berdasarkan pengamatan, dari sekian telur yang tertata rapi, terdapat telur yang ukurannya lebih besar (4 kali telur yang lain), nah ini mungkin yang sebagian literature menyebutnya sebagai royal brood, atau telur calon ratu baru, semoga benar. Sayang saya tidak sempat mengambil gambar proses pemecahan koloni, karena saya bekerja sendirian, sehingga tidak ada yang mengabadikan kegiatan saya saat melakukan proses pemecahan koloni.
3 hari paska pemecahan koloni, saya berharap besar, kotak yang berisi koloni baru menunjukkan aktivitas klanceng (keluar-masuk) meskipun tidak setinggi aktivitas koloni pertamaku. Semoga menjadi awal yang baik. Keberhasilan pemecahan koloni menjadi 2, dalam 3 bulan ke depan bisa menjadi 4 koloni. Sehingga proyeksi dalam 1 tahun bisa mendapatkan paling tidak 16 koloni klanceng.
Dengan apa yang saya postingkan, semoga menjadi inspirasi bagi para pemula, tidak ada batasanya kita punya mimpi dan bangun segera untuk mengejarnya dengan kondisi apapun. Keterbatasan modal, asal dengan ketekunan dan kesabaran, sesuatu yang kecil/sepele bisa menjadi harapan untuk beberapa periode ke depan. Kita menanam harapan sekarang, dipupuk dan dibesarkan untuk dapat menuai hasil di masa yang akan datang.

Senin, 19 November 2012

MEMANCING LEBAH CERANA



Konsepnya sederhana. Kalo mau cepat, kita cari koloni lebah liar, kita ambil kita masukkan ke dalam kotak penangkaran. Lebah  jangan dibiarkan keluar kotak, oleh karena itu perlu diberikan pakan yang cukup selama 3 hari, yaitu dengan memberikan sirup gula (1 ons dicampur dengan segelas air). Langkah-langkah detail telah ada beberapa posting di internet, anda bisa browsing sendiri. 

Yang akan sampekan adalah bagaimana memancing lebah cerana pada tempat penangkaran awal. Saya telah eksplorasi dibeberapa tempat di Madura. Kebanyakan masyarakat Madura di daerah Bangkalan membuat kotak sebagai calon sarang, kemudian digantung di tempat teduh dan tinggi seperti digantung di pohon, di teras belakang rumah, dll. Untuk menarik perhatian lebah, di daerah Sumenep kotak perangkap dil taburi nira aren atau air gula. Kotak bisa dibuat sendiri dengan menggunakan kayu keras seperti Glugu (batang pohon kelapa), kayu mahoni atau pun kayu lunak seperti sengon. Usahakan kayu yang dipakai adalah kayu yang benar-benar kering. Kotak perangkap sebaiknya ditempatkan di lokasi yang teduh dan terlindung sinar matahari langsung. Cara ini memang membutuhkan waktu yang lebih lama. Bila beruntung belum sampe 1 bulan sudah ada koloni lebah yang datang dan bersarang. Akan tetapi kadang lebih dari 6 bulan, perangkap yang kita pasang belum membuahkan hasil.
Berdasarkan hasil pengamatan saya, koloni liar yang ada secara alamiah akan memecah menjadi beberapa koloni. Setiap koloni hasil pemecahan akan mencari tempat baru yang cocok untuk tempat sarang mereka (istilah asingnya swarm bee). Koloni liar akan menjadi beberapa koloni bila dalam sarang terbentuk ratu baru, dan ratu baru tersebut akan membuat kelompok/koloni baru pada tempat yang berbeda. Biasanya fenomena terjadi dan tampak adanya kerumunan lebah (swarm bee) pada tempat-tempat tertentu yang sebelumnya tidak ada. Nah, jebakan kotak lebah bertujuan untuk menarik swarm bee tersebut agar menempati kotak yang kita pasang. Koloni baru biasanya akan menempati tempat baru yang ada di sekitar lokasi koloni lama (jarak 10-100 m). Saya mencoba memancing dengan jarak yang berdekatan, akan tetapi mereka malah menempati tempat baru yang lebih jauh.
Pemecahan koloni terjadi saat jumlah populasi melimpah, biasanya ditunjukkan dengan banyaknya lebah yang berada di luar sarang, misalnya di pintu masuk sarang. Saat koloni melimpah, biasanya akan membentuk sel ratu baru di sarang, saat ratu telah jadi, biasanya ratu yang lama akan terusir dengan membawa sebagian pekerja dan mencari tempat baru. Nah ini adalah proses alamiahnya lebah madu dalam membuat koloni baru. Pemecahan koloni terjadi sekitar bulan juni-agustus, dimana pada bulan-bulan tersebut ketersediaan pakan melimpah dan populasi lebah juga meningkat.
Desain kotak pemancing, bisa dengan membuat kotak kecil ukuran panjang 40 x lebar 25 x tinggi 25 cm, atau menurut selera anda (tidak ada ukuran baku). Untuk memudahkan dalam mengembangkan pada tahapan berikutnya, model kotak lebah memanjang bisa diaplikasikan. Di bagian atas menggunakan pilar kayu setebah 1-1.5 cm, lebar 2.5-3 cm, dan panjang sesuai dengan lebar kotak. Tujuannya adalah agar sarang yang dibuat menggantung pada pada pilar sarang, sehingga saat mengelola ataupun menggandakan koloni bisa lebih mudah. 

Gambar diatas adalah contoh disain jebakan akan tetapi perlu di modifikasi.bentuk kotak balok, ukuran sesuai dengan yang dijelaskan diatas. kumudian digantung di atas pohon atau teras samping atau belakang rumah.

Minggu, 18 November 2012

BUDIDAYA LEBAH MADU APIS CERANA



Lebah Lokal Jawa
Apis cerana merupakan jenis lebah madu local yang ada di Jawa. Selain cerana, juga terdapat lebah madu hutan (apis dorsata) atau di daeerah saya dikenal dengan nama tawon gung (lebah besar). Tawon gung hingga saat ini belum bisa ditangkarkan, mereka hidup liar di wilayah yang banyak pepohonan (hutan) seperti wilayah karanganyar sebelah selatan (Lolong, dll), Lebak Barang dan berbagai daerah lain yang masih terdapat kawasan hutan tropisnya.
Apis cerana cenderung lebih tersebat. Hampir setiap daerah terdapat lebah ini yang masih liar (belum ditangkarkan). Di RT saya sendiri terdapat 3 koloni liar yang hidup di lubang kayu glugu (kelapa) dan sebagian lagi menempati kotak yang secara tidak sengaja ditempat lebah apis cerana. Keberadaan lebah liar menunjukkan terdapatnya sumber makanan, sehingga lebah tersebut bisa berkembang. Aktivitas koloni liar yang saya amati menunjukkan lalu lintas keluar masuk sarang yang cukup tinggi. Ini menunjukkan ketersediaan sumber makanan yang berlimpah. Hingga saat ini, masih belum ada yang berinisiatif mengambil madu dari lebah liar yang ada di batang pohon kelapa (glugu) karena lobangnya yang dalam mengarah keatas sehingga sulit untuk mengambilnya.
Sebenarnya lebah ini masih cukup prospektif untuk dibudidayakan, meskipun produktivitasnya tidak begitu tinggi (5-10 kg per tahun). Akan tetapi, bila jumlah koloni yang dibiakkan lebih dari 50 kotak koloni, nilai 5-10 kg menjadi 250-500 kg. Jumlah yang cukup menggiurkan. Di beberapa tempat (Gresik dan Madura)  seringkali ada orang yang mencari madu liar, dan mereka berani menghargai 200.000 untuk 1 botol kecap 700ml, atau mungkin setara dengan 1 kg madu. Nah bisa dibayangkan bila per kg mampu tejual dengan harga separuhnya (Rp100.000/kg), bisa menjadi penghasilan tambahan yang cukup lumayan, tanpa harus memberi pakan dan membersihkan kandang sebagaimaa kita memeliahara burung, kucing, anjing, dan piaraan lainnya. Melalui pembudidayaan yang intensf, jumlah koloni sebesar 100 kotak tidaklah sulit. Saat musim bunga berlimpah (awal musim kemarau hingga awal musim penghujan), jumlah koloni sangatlah berlimpah. Biasanya saat-saat tersebut digunakan para pelebah professional untuk menggandakan koloni melalui rekayasa pembuatan ratu baru dan pemecahan koloni.
Perkebunan dan Tanaman Rakyat, sebuah potensi yang belum dioptimalkan
Bagi masyarakat di wilayah Pekalongan selatan, masih banyak terdapat hutan yang dikelola swasta maupun yang dikelola dinas perhutanan. Tanaman hutan yang dikelola oleh dinas perhutanan antara lain : karet, pinus dan kopi dengan areal yang sangat luas. Sedangkan yang dikelola swasta antara lain perkebunan teh dan kakao. Sedangkan untuk masyarakat yang mempunyai lahan yang cukup luas dimanfaatkan untuk perkebunana kopi, cengkeh, durian, rambutan. Keberadaaan kawasan hutan tersebut sangat potensial dalam penyediaan sumber pakan lebah.
Sedangkan untuk daerah yang tidak dekat perkebunan pemerintah maupun rakyat, masih banyak tanaman yang sengaja dibudidayakan yang juga merupakan sumber pakan lebah. Setiap masyarakat mempunyai tanaman buah seperti mangga, jambu air, jeruk. Juga terdapat tanaman hias untuk mempercantik rumah yang mempunyai bunga, tanaman pagar, tanaman perdu di sekitar kebun yang dimiliki. Di beberapa daerah mempunyai sungai, yang mana daerah sekitar aliran sungai dapat dioptimalkan untuk menanam tumbuhan tertentu yang bisa dimanfaatkan untuk budidaya lebah madu, diambil kayu bakarnya dan pencegah erosi seperti kaliandra. Hamper semua tanaman komoditas pertanian yang berbunga merupakan sumber pakan bagi lebah seperti padi dan jagung, kacang-kacangan, terong, tomat dll. Tanaman kelapa juga ada dimana2, pisang merupakan sumber nectar bagi lebah. Artinya, dimana pun kita berada masih cukup berlimpah sumber pakan lebah. Apalagi dengan intervensi melalui penanaman pepohonan tertentu bagi lahan-lahan tidur. 


Metode budidaya yang intensif
Saat ini di daerah saya belum ada orang mencoba untuk menangkar lebah liar disekitar kita untuk dibudidayakan secara intensif. Padahal untuk melakukan hal ini bukanlah hal yang sulit. Kita hanya butuh keberanian untuk menangkap koloni liar kemudian kita tangkar dalam kotak tertentu. Untuk memudahkan dalam memecah koloni, kita perlu membagi layar (sarang telur) dalam bentuk frame, sehingga kita bisa dengan mudah untuk memindahkan frame ke kotak2 lebah yang lain. Saya kira model yang paling sederhana, bisa dengan menggunakan satu kotak panjang, dimana kotak di skat menjadi dua bagian, satu bagian untuk sarang telur dan bagian yang lain untuk sarang deposit madu. Model ini biasa diaplikasikan di daerah Afrika.
Gambar diatas adalah contoh disain gambar kotak lebah tipe memanjang, yang perlu disesuaikan dengan tipe lebah cerana. Sumber asli adalah disain untuk lebah jenis melifera, dengan ukuran lebar sekitar 40 cm, panjang sekitar 80 cm, dan tinggi sekitar 30 cm. Lebah cerana membutuhkan ruang yang lebih sempit. Ukuran diatas bisa dimodifikasi menjadi lebar 30 cm, tinggi 25 cm, dan panjang cukup 50 atau 60 cm. Ukuran tebal kayu penutup sekitar 2.5 cm sebagai tempat dimana lebah cerana menempelkan sarangnya. Jumlah sarang untuk telur sekitar 8, dan sarang untuk madu sekitar 10, jadi kebutuhan panjang sekitar 2.5 x 20 kurang lebih panjang nya 50 cm.
Skat berfungsi untuk memisahkan antara layar/sarang telur dimana ada ratunya, dengan sarang untuk deposit madu. Hal juga berfungsi untuk memudahkan saat memanen madu, tidak akan mengganggu sarang dimana ratu ada. Dengan cara seperti ini, memungkinkan saat memanen madu, sarang tidak bercampur dengan telur atau larva, sehingga madu yang dihasilkan lebih bersih dan higienes. Cara mengkonsumsi madunya pun bisa dengan sekaligus sarangnya, karena sarang sudah bersih dari larva dan telur.